Mungkinkah Indonesia
memutuskan hubungan dengan AS?
(strategi dan dampak sosial-ekonominya)
Sejak
era orde baru sampai saat ini Indonesia tengah dihadapkan dengan berbagai
persoalan terkait dengan sistem pemerintahan dan pembangunannya. Sistem
pemerintahan Indonesia di era reformasi ini dianggap telah gagal. Terbukti
dengan banyaknya fakta yang mencerminkan
bahwa Indonesia belum mampu menjalankan sistem pemerintahan dengan baik.
Sebagai contoh kasus korupsi yang telah menjadi
sebuah budaya, eksploitasi sumber daya alam oleh Negara asing, kemiskinan yang
belum teratasi sampai saat ini, jumlah pengangguran yang terus meningkat, impor
bahan makanan pokok (kedelai dan beras), dsb. Sudah 67 tahun Indonesia merdeka,
tapi masih terasa dijajah oleh Negara Asing. Kegagalan Indonesia dalam
menjalankan sistem pemerintahannya ternyata dimanfaatkan oleh Amerika Serikat
(AS). Pasca presiden Soekarno, Indonesia berada
dalam cengkeraman asing (Amerika), pemerintahan Orde Baru berada di bawah
kendali Amerika, melalui lembaga-lembaga internasional-nya seperti IMF, Bank
Dunia, USAID (wardaya, 2008). Ditengah kondisi yang tidak karuan ini, AS
hadir menawarkan berbagai bantuan untuk Indonesia. Mulai dari IMF, World Bank, dan USAID (United States
Agency for International Development). AS selalu ingin ikut
campur dengan berbagai urusan Indonesia, dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial,
dsb. Memang tidak dipungkiri bahwa AS memberikan bantuan yang sangat besar
terhadap Indonesia, dalam proses pembangunannya. Seperti yang dikatakan oleh
Sumawinata (dalam Suwarsono dan So, 1984) bahwa dalam percepatan dan perluasan
pembangunan industrialisasi, Indonesia banyak membutuhkan bantuan modal dan
tekhnologi asing. Tekhnologi dalam berbagai proses produksi untuk memudahkan
dalam proses produksi. Peningkatan penggunaan tekhnologi dalam berbagai bidang
mengakibatkan minimnya penggunaan tenaga kerja manusia. Ketergantungan terhadap
luar negeri telah menghasilkan pula keputusan untuk menerapkan tekhnologi produksi
yang tidak proburuh di sektor pertanian tradisional yang surplus tenaga
kerjanya, yang sudah berakumulasi sejak puluhan tahun (Arief dan Sasono, 1984).
Penggunaan tekhnologi dalam sector pertanian misalnya penggunaan traktor.
Dahulu pembajakan sawah menggunakan tenaga kerbau, tetapi sekarang banyak yang
menggunakan traktor karena lebih mudah dan efektif.
Bantuan
modal yang diberikan oleh AS untuk Indonesia tidak sedikit sehingga Indonesia
merasa berhutang budi kepada AS, sikap seperti inilah yang menjadikan Indonesia
selalu bergantung kepada Negara adikuasa tersebut. Seolah-olah Indonesia tidak
bisa hidup tanpa AS. Indonesia dan Amerika Serikat ibarat kelas proletar dan
kelas borjuis. Kelas proletar (Indonesia) dikuasai kelas borjuis (AS) yang
menyebabkan kelas proletar menjadi tergantung dengan kelas borjuis yang
memiliki modal yang kuat (Martono, 2011).
Dengan
ketergantungan Indonesia terhadap AS menjadikan Indonesia sulit berkembang
dalam pembangunan dan menghambat proses menuju Indonesia mandiri. Sudah puluhan
tahun Indonesia merdeka, seharusnya Indonesia sudah mampu menjalankan sistem
pemerintahan dengan baik. Tapi yang terjadi saat ini malah sebaliknya, sistem
pemerintahan yang ketergantungan. Menurut Dos Santos (dalam Arief dan Sasono,
1984) ada tiga jenis ketergantungan, pertama ketergantungan Kolonial ditandai
dengan hubungan perdagangan ekspor, kedua ketergantungan industri keuangan dengan
adanya investasi bahan mentah primer untuk tujuan konsumsi , dan ketiga ketergantungan
tekhnologi industri melalui investasi di sektor-sektor industri oleh Negara
yang memiliki modal besar. Negara Indonesia selalu mengandalkan bantuan dari
AS. Hutang Indonesia kepada AS
juga terbilang tidak sedikit lagi, hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai
boneka Amerika dan mau tidak mau Indonesia harus tunduk kepada AS.
Indonesia dan amerika mempunyai hubungan yang
sangat erat bahkan ketergantungan dalam berbagai bidang termasuk bidang
ekonomi, sebagai contoh perpanjangan masa kontrak PT. Freeport oleh AS. Padahal
sudah jelas bahwa didalam proyek Freeport tersebut Indonesia hanya mendapatkan
keuntungan yang kecil dibandingkan keuntungan yang diperoleh oleh AS. Pihak
yang menikmati keuntungan yang ditimbulkan oleh investasi asing ini, hanya terdiri
dari segelintir kecil anggota masyarakat dan keuntungan ini diperoleh dari
hasil suatu proses eksploitasi (Arief dan Sasono, 1984). Eksploitasi lahan dan
kerusakan lingkungan juga menjadi dampak negatif yang harus diderita oleh
masyarakat papua. Indonesia seolah-olah menutup mata dalam persoalan tersebut,
dengan terus membiarkan AS mengeruk kekayaan alamnya dan membiarkan rakyatnya
menderita.
Di era modernisasi seperti saat ini persaingan
antar Negara sangat ketat. Masing-masing Negara menunjukkan eksistensinya di
dunia dengan menampilkan perkembangan-perkembangan negaranya.
Indonesia harus bisa melepaskan diri dari AS strateginya dengan membenahi system pemerintahan Negara,
memberantas berbagai tindakan korupsi, memaksimalkan potensi SDA, meningkatkan
perekonomian Negara, mengurangi impor bahan makanan, dan bangga akan produk
dalam negeri. Untuk melepaskan diri dari cengkeraman AS mungkin memang
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan waktu dan proses panjang
untuk mewujudkan hal itu. Karena seperti yang kita ketahui bahwa selama ini AS
telah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pembangunan di Indonesia.
Dibutuhkan pemimpin yang tegas dan memiliki jiwa
nasionalisme yang tinggi. Jiwa kepemimpinan tersebut seperti yang dicontohkan
oleh presiden pertama Indonesia Soekarno. Landasan kepemimpinan Soekarno
dibangun atas dasar nasionalisme, Islam dan Marxisme. Nasionalisme yang tumbuh
dalam dirinya telah menanamkan rasa persatuan dan cinta Tanah Air sekaligus
menjadikan dirinya menjadi proklamator dan presiden pertama Indonesia,
sementara ideologi Marxisme yang dikembangkannya membuat dirinya memiliki
hubungan dekat dengan Uni Soviet dan menanamkan jiwa anti hegemoni dan
imperialisme Barat (wardaya, 2008). Sekarang ini indonesia membutuhkan jiwa
kepemimpinan seperti Soekarno yang cinta dan bangga akan bangsanya. Soekarno
telah membawa Indonesia dikenal dan disegani oleh Negara-negara asing, dan soekarno
mampu memimpin Indonesia dengan baik. Upaya pemberantasan korupsi juga harus
terus digalakkan. Pendidikan tentang korupsi sebisa mungkin ditanamkan sejak
dini, sejak masih anak-anak supaya tidak menjadi generasi penerus bangsa yang
korup.
Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam, sumber daya
alamnya melimpah. Tetapi pemanfaatan SDA masih sangat minim, untuk itu terus
gali dan tingkatkan kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah guna peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. SDMpun juga harus terus ditingkatkan,
mengingat banyaknya jumlah pengangguran di Indonesia. Peningkatan SDM
dimaksudkan untuk melahirkan generasi-generasi yang kompeten dan mampu bersaing
terutama dalam dunia kerja.
0 komentar:
Posting Komentar