Pages

Sabtu, 22 Juni 2013

Perempuan Lebih Pintar Membuat Keputusan Bisnis



KOMPAS.com - Jumlah pria yang menjadi anggota dewan direksi mungkin masih lebih banyak daripada wanita, namun ternyata wanita lah yang membuat keputusan bisnis lebih baik, demikian menurut studi baru dari McMaster University, Canada.
Riset yang menganalisa 600 dewan direksi ini menunjukkan bahwa perempuan ternyata lebih fair dalam membuat keputusan, sehingga menghasilkan  performa yang lebih baik bagi perusahaan. Di lain pihak, direksi pria (yang mencapai 75 persen dari sampel) ternyata membuat keputusan hanya berdasarkan peraturan dan regulasi. Dengan kata lain, perempuan tidak begitu terkekang oleh berbagai peraturan yang ada.
Hasil riset juga memperlihatkan bahwa direksi wanita lebih sering menggunakan kerjasama, kolaborasi, dan mementingkan kata mufakat. Mereka juga lebih efektif daripada pria saat mengumumkan keputusan-keputusan.
"Penemuan kami menunjukkan bahwa memiliki kaum perempuan dalam direksi bukan sekadar hal yang tepat lagi, tetapi juga hal yang cerdas untuk dilakukan," ungkap Chris Bart, penulis studi yang juga profesor bidang manajemen strategi dari McMaster University.
Rekan setimnya, Gregory McQueen, menambahkan bahwa perempuan cenderung lebih ingin tahu dan ingin mencari lebih banyak solusi yang memungkinkan.  
"Dalam tingkat dewan direksi, para direktur didorong untuk bertindak untuk kepentingan perusahaan sambil tetap mengambil sudut pandang pemilik kepentingan yang beragam. Kualitas ini menjadikan mereka direktur korporat yang lebih efektif," tegas McQueen.
Penulis : Felicitas Hermandini

Berdasarkan artikel tersebut diatas dijelaskan bahwa perempuan mampu membuat keputusan yang lebih baik dibandingkan pria, lebih sering menggunakan kerja sama, kolaborasi, mementingkan mufakat, dan lebih efektif disaat mengumumkan hasil-hasil keputusan. Cenderung lebih tahu, serta ingin mencari lebih banyak solusi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kaum perempuan mampu menjadi pemimpin didalam sebuah organisasi atau perusahaan.  Selama ini perempuan sering ditempatkan pada posisi lebih rendah dari pria. Apalagi peran wanita tradisional selalu dianggap sebagai “cadangan”, sebagai contoh banyak perempuan yang masih berusia belia dipaksakan untuk menikah dan melahirkan tanpa mengenyam pendidikan. Kini perubahan kian berkembang dengan pesat, perjuangan akan figur R.A Kartini dapat dirasakan dengan adanya pergerakan emansipasi wanita (SR, 2012). Keberadaan  peran perempuan sebagai pimpinan kini mulai dihargai dan disetarakan, karena memang kaum perempuan mampu menjadi sosok pemimpin. Dulu seorang perempuan dipandang hanya berhak mengurus rumah dan berada dirumah, tetapi kini kemajuan jaman telah membawa perubahan terhadap pandangan  perempuan sehingga mereka memperoleh hak yang sama dengan laki-laki. Pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama didalam berusaha dan bekerja, hanya saja pandangan masyarakat yang menyebutkan bahwa perempuan harus dirumah. Perempuan sebagai pemimpin formal pada awalnya banyak yang meragukan karena penampilan perempuan berbeda dengan laki-laki, tetapi keraguan ini dapat diatasi dengan keterampilan dan prestasi yang dicapai. Di dalam kepemimpinan yang dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan memiliki tujuan yang sama hanya saja berbeda jika dilihat dari segi fisiknya, menurut Kimbal Young bahwa,
Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi / penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus (Kartono, 1983).
Kepemimpinan merupakan salah satu proses manajemen, manajemen adalah proses yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasional melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian orang dan sumber-sumber daya organisasional lainnya. Kepemimpinan (leading) berarti menciptakan visi untuk organisasi dan mengkomunikasikan, membimbing, melatih, dan memotivasi orang lain untuk bekerja secara efektif, untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Nickels, 2009).
Untuk menjadi seorang pemimpin bagi perempuan tidaklah mudah, harus memiliki kemampuan yang dilatar belakangi pendidikan yang sesuai dengan bidang yang ditanganinya. Menurut Tilaar (dalam Tan, 1991), terdapat beberapa nilai dasar kepemimpinan untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, diantaranya adalah
a.       Intelegensi yang relatif lebih tinggi daripada yang dipimpin
b.      Berfikir positif
c.       Kedewasaan sosial dan cakupan jangkauan yang luas
d.      Menjadi panutan yang baik
e.       Menjadi pendengar yang baik
f.       Keterbukaan dalam berkomunikasi
g.      Tidak mudah menyerah.
Apabila seorang pemimpin dapat menjalankan nilai dasar kepemimpinan dengan baik, maka tidak ada bedanya antara pemimpin perempuan dengan laki-laki didalam proses pencapaian orientasi atau tujuan organisasi. Dengan terciptanya peran wanita dalam berkesempatan memegang peranan sebagai kepemimpinan dapat membawa dampak yang positif yaitu permasalahan kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya perbedaan ( diskriminasi) antara perempuan dan laki-laki (Ningsih, 2013). Dengan demikian perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan atau peluang yang sama di dalam kepemimpinan. Menurut J.I. Brown dalam “Psychology and the Social Order”, disebutkan bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan kelompok, tetapi dapat dipandang sebagai suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi di bidangnya (SR, 2012). Dengan demikian bahwa kaum perempuan menjadi pemimpin bukanlah hal yang aneh. Dalam hal kesetaraan gender, perempuan dan laki-laki memiliki kesamaan untuk memperoleh kesempatan serta hak untuk berperan di dalam semua aspek kehidupan dan berhak menikmati hasil-hasil pembangunan. Indonesia sebagai Negara yang memiliki hari peringatan khusus terhadap peranan wanita yaitu Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April, seharusnya tidak perlu mempertentangkan perbedaan gender. Seorang perempuan yang memiliki kemampuan dan kelayakan menjadi pemimpin seharusnya tidak dihalangi baik secara langsung dan tidak langsung. Perempuan harus menerima perlakuan yang sama dengan laki-laki di dalam pemilihan seorang pemimpin, karena memang banyak perempuan yang memiliki potensi dan layak untuk menjadi sosok pemimpin yang baik. Dalam kenyataannya perempuan biasanya memiliki sifat lebih lembut, naluri seorang ibu, sehingga dalam memimpin tidak hanya menggunakan rasio saja tapi juga melibatkan perasaannya (Suko, 2013).
Seorang perempuan lebih cermat, sabar, dan berhati-hati jadi tidak heran apabila mereka menjadi pembuat keputusan yang lebih baik dibandingkan pria. Ada pepatah yang mengungkapkan bahwa “perempuan adalah tiang Negara”, dan dapat disimpulkan bahwa seorang perempuan berhak dan layak menjadi pemimpin dengan potensi serta kemampuan yang dimilikinya. Sudah banyak perempuan yang membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi sosok pemimpin yang baik, salah satunya adalah Megawati Soekarnoputri. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Umum DPP PDI sejak tahun 1993 hingga partai tersebut berubah menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P), pada tahun 2001 terpilih sebagai presiden pertama perempuan Indonesia menggantikan K.H Abdurrahman Wahid (Gusdur) dengan membentuk Kabinet Gotong Royong yang memiliki visi utama “Rekonsiliasi Nasional”. Mega menunjukkan maneuver politik yang piawai dan berhasil memberikan impresi yang positif pada berbagai lapisan masyarakat. Dalam masa jabatannya selama 3 tahun, Mega mampu mencapai prestasi yang sangat luar biasa sebagai seorang pemimpin perempuan, diantaranya adalah menstabilkan fundamental ekonomi makro yang porak poranda sejak 1998, Indonesia berhasil keluar dari IMF pada tahun 2003 yang menandakan Indonesia sudah mandiri, dan memberikan suasana yang kondusif bagi situasi keamanan dan gonjang-ganjing politik. Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu contoh bahwa seorang perempuan mampu dan layak menjadi pemimpin terbukti beliau mampu meraih prestasi dalam masa kepemimpinannya.



KESIMPULAN

Selama ini pandangan masyarakat tentang perempuan mengatakan bahwa perempuan berada di posisi lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan hanya berhak mengurus rumah dan berada dirumah. Kini kesetaraan gender mulai mengaburkan pandangan masyarakat tentang sosok perempuan tradisional. Keterampilan dan prestasi yang berhasil ditunjukkan oleh para perempuan dalam bidang kepemimpinan menunjukkan bahwa perempuan mampu bersaing dengan laki-laki. Dengan kemampuannya tersebut perempuan memiliki peran ganda, yaitu sebagai wanita karir dengan tidak meninggalkan kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Karakter seorang perempuan yang memiliki naluriah keibuan, cermat, teliti, dan memiliki kelembutan akan membuat perempuan diterima didalam organisasi atau perusahaannya. Seperti yang diungkapkan dalam artikel diatas bahwa perempuan pembuat keputusan yang lebih baik dari pria. Perempuan lebih menyukai kerja sama dengan kelompoknya dibandingkan bekerja secara individual. Mereka juga lebih cenderung memiliki rasa keingintahuan dan ingin mencari lebih banyak solusi dari setiap masalah yang dihadapinya. Saat ini perempuan menjadi pemimpin bukanlah hal yang aneh atau tabu karena mereka mampu menjadi pemimpin dan bersaing dengan para laki-laki. Kini saatnya bagi kaum perempuan untuk tampil menjadi pemimpin, karena memang populasi perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Diharapkan untuk kedepannya akan lebih banyak perempuan yang sukses dalam berbagai bidang. 

0 komentar:

Posting Komentar